Ilmu Tertinggi
Alkisah ada sepasang kakak dan adik. Mereka berazam untuk keluar dari kampung halamannya untuk menuntut ilmu tertinggi. Di persimpangan jalan, kakak beradik tersebut berpisah, dan berjanji untuk bertemu kembali 10 tahun kemudian di tempat yang sama.
Singkat cerita 10 tahun telah berlalu, dan akhirnya kakak beradik tersebut bertemu kembali setelah masing-masing belajar ilmu tertinggi. Setelah menumpahkan kerinduan yang sekian lama terpendam, kakak beradik tersebut sepakat untuk kembali ke kampungnya.
Di tengah perjalanan kembali ke kampung halaman, mereka bertemu dengan sungai yang besar dan deras. Si kakak melihat ada seorang tua yang menyewakan perahu untuk menyeberang, bergegas si kakak menghampiri pak tua dan membayar 5000 rupiah untuk menyeberang. Si kakak heran karena si adik diam saja tidak ikut naik ke perahu, “kakak menyeberang saja duluan, aku akan perlihatkan kepada kakak ilmu tertinggi yang sudah adik pelajari”, ujar si adik.
Ketika kakaknya menyeberang, dengan lihai adiknya melompat kesungai dan secara ajaib mampu berjalan diatas sungai layaknya berjalan diatas tanah, “jadi, itukah ilmu tertinggimu?” tanya sang kakak. “Adikku, betapa murahnya ilmu yang engkau pelajari, dengan Rp. 5000 aku dapat melakukan hal yang sama dengan mu, tidak perlu 10 tahun untuk bisa melakukan hal tersebut”
moral of the story: ilmu tertinggi bukanlah ilmu yang setara Rp. 5000 (pakai aja perahu kalau cuma buat nyebrang sungai, kan?), namun ilmu ma’rifat kepada Allah yang tak bisa dibayar dengan apapun untuk bisa melakukannya.
Mari belajar ilmu Tertinggi
Yah..yah…terkadang kita dalam NGELMU dan ngangsu KAWERUH lebih condong dan tertarik dengan sesuatu HASIL yang bersifat ” KADIGDAYAN KANURAGAN “Pedahal setinggi apapun ILMU yg masih dimiliki oleh manusia barulah SEUJUNG KUKU. Karena sesungguhnya SUMBER dari segala SUMBER ILMU adalah Gusti Kang Hakaryo Jagad ( ALLAH SWT. ).
Jadi kenapa gak sekaliyan saja kita MENYATU dengan-NYA yang memiliki sang sumber ILMU….??.
Menarik sekali Tulisan ini. Salam Kenal
Kariyan
soko Padepokan Borneo Timur
Santri Gundhul said this on Januari 28, 2008 pada 12:54 am |
Salam kenal juga. Tujuan akhir memang adalah kembali kepada-Nya, karena memang kita berasal dari-Nya. Menyadari sebagai Diri Sejati, akan selalu rindu untuk kembali pulang. Bahkan pada tingkat sebagai jiwa yang tenang (Nafs Muthmainnah), kita akan dipanggil-Nya untuk kembali pulang kepada-Nya dalam keadaan ridlo dan diridloi-Nya.
Semoga semakin banyak jiwa yang tercerahkan dan menyadari hakikat Diri Sejatinya yang pernah bersaksi atas kebenaran kerububiyahan-Nya.
1heart4love said this on Januari 28, 2008 pada 10:57 am |
hmm… ilmu tertinggi merupakan anugerah Ilahi. “al-ilmunuurun”, ilmu adalah cahaya. Cahaya Allah – Cahaya Muhammad. diakhir zaman, keagungan Nur Muhammad yang hakikatnya juga berasal dari Nur Allah, disebut dengan Nur Mahdi! wahai, dimanakah keagungan itu tersembunyi? dimanakah Manusia-Muhammad zaman ini berada, yang menerima warisan keagungan Nur Keagungan itu?
🙂
Iftahlana said this on Februari 8, 2008 pada 4:45 pm |
the highest science…
how can we get it???
..
lihatlah ukiran lukisan alam..
pun tertulis dalam sebuah kitab..
terpaut dalam ayat2 kauniyah dan qauliyah NYA..
phibee said this on Februari 9, 2008 pada 8:09 am |
dahsyat neh ceritanya. memberi pencerahan
hebiryu said this on Februari 18, 2008 pada 1:38 am |
Masih jauh dari pencerahan koq,
Tapi, setidaknya kita harus sudah melangkah 😀
1heart4love said this on Februari 22, 2008 pada 6:45 am |
di satu ruang kehidupan
seorang tua camping berpakaian
entah berapa lama tidak berganti
hanya berteman tasbih tua
tidak pernah meminta kekayaan
tidak pernah bertanya nilai diri
tidak pernah persoal akan keadilan
pada maha tuhan yang mencipta
makan nye laju, minumnya pantas
lalu satu hari ada hamba allah bertanya
mana dirimu ingin pergi, apa sebenar yang kau cari
makan dan minum mu tak bersempat
dalam nada penuh kesedihan beliau menjawab
aku tak mahu masa yang aku ada dipersiakan
selain dari menyebut nama allah..
dan yang aku cari hanyalah keredhaan allah
Karya asli: alhaddad
ilmu tertinggi.. tak pernah siapa pun yang memiliki.
alhaddad said this on Februari 25, 2008 pada 11:41 am |
bertawakal saja serahkan diri sepenuhnya, Allah Maha Tahu jadi kita kembalikan pada diri kita masing-masing…. Alhamdulillah.
Dharma said this on April 21, 2008 pada 3:07 pm |
Muhammad Dharma – Samarinda
WIRID HIDAYAT JATI
Wirid Hidayat Jati (aslinya berbahasa Jawa)
Wejangan ke-1 Ananing Dat
Sajatine ora ana apa-apa awit duk maksih awang-uwung durung ana sawiji-wiji, kang ana dhingin Ingsun, sajatine kang maha suci anglimputi ing sipatIngsun, anartani ing asmanIngsun, amratandhani ing apngalIngsun.
Nasehat ke-1 Adanya Dzat.
(Sesungguhnya tidak ada apa pun ketika masih sunyi hampa belum ada sesuatu, yang paling awal adanya adalah AKU, sesungguhnya yang Maha Suci meliputi sifatKU, menyertai namaKU, menandakan perbuatanKU).
Nasehat di atas menunjukkan kepada kita bahwa pada mulanya alam semesta ini tidak ada, semuanya masih sunyi hampa (awang-uwung), yang paling dahulu ada adalah AKU (Allah). Jadi tidak ada sesuatu pun yang mendahului adanya AKU (Allah), dalam ajaran agama Islam biasa disebut bahwa Allah bersifat Qidam (Dahulu tidak ada yang mendahului), dan AKU (Allah) adalah sumber dari segala sesuatu.
Wejangan ke-2 Wahananing Dat
sajatine Ingsun dat kang amurba amisesa kang kawasa anitahake sawiji-wiji, dadi sanalika, sampurna saka kodrat Ingsun, ing kono wus kanyatan pratandhaning apngalIngsun kang minangka bebukaning iradatIngsun, kang dhingin Ingsun anitahake kayu aran sajaratulyakin tumuwuh ing sajroning alam ngadammakdum ajali abadi. Nuli cahya aran nur muhammad, nuli kaca aran mirhatulkayai, nuli nyawa aran roh ilapi, nuli damar aran kandil, nuli sesotya aran darah, nuli dhindhing jalal aran kijab. Iku kang minangka warananing kalaratIngsun.
Nasehat ke-2 Tempat Dzat.
Sesungguhnya AKU (Allah) adalah dzat yang maha kuasa yang kuasa menciptakan segala sesuatu, jadi seketika, sempurna berasal dari kuasaKU (Allah), di situ telah nyata tanda perbuatanKU yang sebagai pembuka kehendakKU, yang pertama AKU menciptakan Kayu bernama Sajaratulyakin tumbuh di dalam alam yang sejak jaman azali (dahulu) dan kekal adanya. Kemudian Cahya bernama Nur Muhammad, berikutnya Kaca bernama Mir’atulhayai, selanjutnya Nyawa bernama Roh Idhofi, lalu Lentera (damar) bernama ‘Kandil’, lalu Permata (sesotya) bernama Darah, lalu dinding pembatas bernama Hijab. Itu sebagai tempat kekuasaanKU (Allah).
Nasehat di atas menunjukkan pada kita bahwa AKU (Allah) merupakan dzat yang maha kuasa yang kuasa menciptakan segala sesuatu hanya dengan satu sabda saja yaitu KUN, maka seketika jadi (FA YAKUN), semua ciptaannya sempurna sebagai pertanda perbuatan (af’al)KU (Allah).
Pertama diciptakan adalah Pohon (kayu) bernama SajaratulYakin, mungkin yang dimaksudkan adalah sajaratulkaun (pohon kejadian) yang merupakan awal dan asal mula penciptaan.
Kedua diciptakan Cahaya yang diberi nama Nur Muhammad. Menurut beberapa ahli, nur muhammad ini merupakan bibit alam semesta. Nur Muhammad dimaksudkan adalah bukan sebagai cahaya dari muhammad, nabinya orang Islam, melainkan secara bahasa berarti cahaya yang terpuji, sehingga dikatakan semua ciptaan pasti berasal dari nur muhammad ini, mengandung nur muhammad. Hal itu pula yang mengisyaratkan adanya pemahaman bahwa dalam tingkatan tertentu kebenaran hanyalah satu, adanya ajaran-2 yang berbeda setelah mencapai tahap tertentu ternyata sama belaka, karena bersumber dari dari Cahaya yang terpuji, cahaya kebenaran, yaitu Nur Muhammad.
Ketiga Allah menciptakan Kaca bernama Miratulhayai (Cermin Kehidupan atau Cermin Malu), dimana ada sebagian ahli yang mengatakan bahwa setelah diciptakannya Cermin ini, Nur Muhammad akhirnya dapat melihat wujudnya, yang mengakibatkan dirinya bergetar hebat dan berkeringat, dari tetesan keringat inilah makhluk hidup berasal.
Keempat diciptakan Nyawa yang diberi nama Roh Idhofi.
Kelima diciptakan Lentera yang diberi nama Kandil.
Keenam diciptakan Permata diberi nama Darah
Ketujuh diciptakan dinding pembatas antara kehidupan fisik dan non fisik, antara yang kasar dan halus, yang disebut hijab. Hijab ini sendiri dalam keilmuan banyak jenisnya, (insya allah suatu saat akan saya bahas juga).
Wejangan ke-3 Kahananing Dat
Sajatine manungsa iku rahsanIngsun lan Ingsun iku rahsaning manungsa, karana Ingsun anitahake adam asal saka anasir patang prakara, bumi, geni, angin, banyu. Iku kang dadi kawujudaning sipat Ingsun, ing kono Ingsun panjingi mudah limang prakara, nur, rahsa, roh, napsu, budi. Iya iku minangka warananing wajah Ingsun kang maha suci.
Nasehat ke-3 Keadaan Dzat
Sesungguhnya manusia itu rahsaKU dan AKU itu rahsanya manusia, karena AKU menciptakan Adam berasal dari empat perkara, bumi, api, angin, air. Itu sebagai perwujudan sifatKU, di sana AKU tempatkan lima perkara, nur, rahsa, roh, nafsu, budi. Itulah sebagai perwujudan wajahKU yang maha suci.
Nasehat ke-3 menerangkan bahwa manusia diciptakan sebagai ‘rahsa’ (bukan rasa, sebab antara rasa dan rahsa dalam keilmuan jawa berbeda) dari Allah, dan Allah itu sebagai ‘rahsa’ dari manusia. Yang dimaksud adalah bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambaranNya atau menurut citraNya, seperti pernah saya kemukakan bahwa pada tubuh manusia tertulis huruf ALLAH, yaitu : (terlihat saat mengangkat kedua tangan, seperti dalam takbiratul ihram, membaca allahu akbar)
alif sebagai garis dari ujung jari tangan kanan turun hingga ke ujung jari kaki kanan,
lam pertama dari ujung jari tangan kanan turun melalui bahu kanan dan naik ke puncak kepala,
lam kedua dari puncak kepala turun melalui bahu kiri dan naik hingga ujung jari tangan kiri,
ha sebagai garis dari ujung jari tangan kiri turun hingga ujung jari kaki kiri.
Dan manusia diciptakan berasal dari empat unsur yang merupakan gambaran sifatNya yaitu bumi, api, angin dan air.
Bumi dalam tubuh kita terwujud pada hal-2 yang bersifat kedagingan, dan dibagi menjadi dua hal yaitu yang merupakan unsur dari bapak berupa tulang, otot, kulit dan otak, dan unsur dari ibu berupa daging, darah, sungsum dan jerohan.
Api dalam tubuh menjadikan empat nafsu yaitu aluamah, amarah, supiyah dan mutmainah.
Aluamah berwatak suka terhadap makanan, sifatnya membangkitkan kekuatan badan
Amarah berwatak suka marah, emosi, sifatnya membangkitkan kekuatan kehendak (bhs jawa : karep)
Supiyah berwatak keinginan, keterpesonaan, keinginan memiliki, bersifat membangkitkan kekuatan pikir berupa akal
Mutmainah berwatak kesucian dan ketenangan, bersifat membangkitkan kekuatan untuk berpantang (bhs jawa : tarakbrata)
Angin dalam tubuh kita terwujud dalam empat hal yaitu napas, tannapas, anapas dan nupus.
Napas merupakan ikatan badan fisik, bertempat di hati suwedhi, yaitu jembatan hati, berpintu di lisan
Tannapas merupakan ikatan hati, bertempat di pusar, berpintu di hidung
Anapas merupakan ikatan roh, berpintu di telinga
Nupus merupakan ikatan rahsa, bertempat di hati puat yang putih yaitu jembatan jantung, berpintu di mata.
Air dalam tubuh menjadikan empat elemen roh yaitu roh hewani, roh nabati, roh rabbani dan roh nurrani.
Roh hewani, menumbuhkan kekuatan badan
Roh nabati menumbuhkan rambut, kuku, dan menghidupkan budi
Roh rabbani menumbuhkan rahsa (dzat hamba)
Roh nurrani menumbuhkan cahaya.
Setelah empat unsur alam terbentuk dalam tubuh manusia, kemudian Allah menempatkan pula lima hal yaitu dzat hamba (jawa : mudah) sebagai gambaran wajahNya yaitu nur, rahsa, roh, nafsu dan budi.
Nur, merupakan terangnya cahya, jika mewakili Dzat Yang Maha Suci dapat menerangi lahir batin
Rahsa, rasa jika mewakili Dzat Yang Maha Suci dapat menumbuhkan daya ketenteraman di lahir batin
Roh, penglihatan roh jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menjadikan penguasaan sempurna
Nafsu, kekuatan nafsu jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menumbuhkan kekuatan kehendak yang sentosa
Budi, penciptaan budi jika mewakili Dzat Yang Maha Suci menumbuhkan daya cipta yang sentosa.
Oleh karena itulah beberapa orang mengatakan bahwa manusia mempunyai sifat-2 Tuhan dan juga mempunyai kesucian wajah Tuhan.
Wejangan ke-4 Pambukaning tata malige ing dalem betalmakmur
sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmakmur, iku omah enggoning parameyanIngsun, jumeneng ana sirahing Adam. Kang ana sajroning sirah iku dimak, yaiku utek, kang ana antaraning utek iku manik, sajroning manik iku budi, sajroning budi iku napsu, sajroning napsu iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun, ora ana Pangeran anging Ingsn, dat kang nglimputi ing kaanan jati.
Nasehat ke-4 Pembukaan tahta dalam baitulmakmur
Sesungguhnya AKU bertahta dalam baitulmakmur, itu rumah tempat pestaKU, berdiri di dalam kepala Adam. Yang pertama dalam kepala itu ‘dimak’ yaitu otak, yang ada di antara otak itu ‘manik’ di dalam ‘manik’ itu budi, di dalam budi itu nafsu, di dalam nafsu itu suksma, di dalam suksma itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU, tidak ada Tuhan selain hanya AKU, dzat yang meliputi keberadaan yang sesungguhnya.
Nasehat ini menyatakan bahwa Allah bertahta atau bersinggasana di dalam baitul makmur, yang berada di dalam kepala manusia. Barangkali kalau memakai bahasa orang-2 reiki yang dimaksud dengan baitul makmur adalah cakra mahkota yang ada di puncak kepala. Di dalam kepala manusia terdapat otak. Di antara otak itu sendiri terdapat lapisan-2 sebagai berikut :
Yang pertama ‘manik’
Di dalam manik terdapat budi
Dalam budi terdapat nafsu
Dalam nafsu terdapat suksma
Dalam suksma terdapat rahsa
Dalam rahsa terdapat AKU (Allah)
Dan sesungguhnya tidak ada Tuhan selain hanya AKU (Allah), dzat yang meliputi segalanya.
Wejangan ke-5 Pambuka tata malige ing dalem betalmukarram
sajatine Ingsun anata malige sajroning betalmukarram, iku omah enggoning lalaranganIngsun, jumeneng ana ing dhadhaningg adam. Kang ana sajroning dhadha iku ati, kang ana antaraning ati iku jantung, sajroning jantung iku budi, sajroning budi iku jinem , yaiku angen-angen, sajroning angen-angen iku suksma, sajroning suksma iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun. Ora ana pangeran anging Ingsun dat kang anglimputi ing kaanan jati
Nasehat ke-5 Pembuka tahta dalam baitul mukarram
Sesungguhnya AKU bertahta dalam baitulmukarram, itu rumah tempat laranganKU, berdiri di dalam dada adam. Yang ada di dalam dada itu hati, yang ada di antara hati itu jantung, dalam jantung itu budi, dalam budi itu jinem, yaitu angan-2, dalam angan-2 itu suksma, dalam suksma itu rahsa, dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU dzat yang meliputi keberadaan yang sesungguhnya.
Dalam nasehat ini Allah menyatakan bahwa diriNya bertahta di baitul muharram yang menjadi tempat larangan, berada di dalam dada manusia. Mungkin yang dimaksud adalah cakra jantung. Disebutkan bahwa di dalam dada manusia itu terdapat susunan sebagai berikut :
Pertama hati (kalbu)
Di antara hati terdapat jantung,
Di dalam jantung ada budi
Di dalam budi ada angan-2
Di dalam angan-2 ada suksma
Di dalam suksma ada rahsa
Di dalam rahsa ada AKU
Di atas dikatakan bahwa jantung terdapat di antara hati. Yang dimaksud dengan hati ini bukanlah lever atau hati secara fisik, melainkan hati secara maknawi, karena pada diri manusia ada terdapat lebih dari satu hati, yang menurut keilmuan ada yang namanya hati puat, hati suwedhi, dll.
Kembali di wejangan ke-5 ini ditegaskan bahwa tidak ada Tuhan selain AKU (Allah), dzat yang meliputi keberadaan sesungguhnya (kahanan jati). Mengapa itu perlu ditegaskan, karena untuk menghindari salah pengertian bagi mereka yang telah mendapatkan wejangan ini, jangan sampai karena merasa bahwa AKU (Allah) bertahta di kepala dan di dala manusia, lalu manusia tersebut mengaku dirinya sebagai Tuhan, atau menjadi bagian dari Tuhan. Jika itu yang terjadi, maka manusia tsb telah jauh tersesat.
Wejangan ke-6 Pambuka tata malige ing dalem betalmukadas
sajatine Ingsun anata malige ana sajroning betalmukadas, iku omah enggoning pasucenIngsun, jumeneng ana ing kontholing adam. Kang ana sajroning konthol iku prinsilan, kang ana ing antaraning pringsilan ikku nutpah, yaiku mani, sajroning mani iku madi, sajroning madi iku wadi, sajroning wadi iku manikem, sajroning manikem iku rahsa, sajroning rahsa iku Ingsun. Ora ana pangeran anging Ingsun dat kang anglimputi ing kaanan jati, jumeneng sajroning nukat gaib, tumurun dadi johar awal, ing kono wahananing alam akadiyat, wahdat, wakidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insan kamil, dadining manungsa sampurna yaiku sajatining sipatIngsun.
Nasehat ke-6 Pembuka tahta dalam baitulmuqaddas
Sesungguhnya AKU bertahta di dalam baitul muqaddas, itu rumah tempat kesucianKU, berdiri di penis/alat kelamin (konthol) adam. Yang ada di dalam penis itu buah pelir (pringsilan), di antara pelir itu nutfah yaitu mani, di dalam mani itu madi, di dalam madi itu wadi, di dalam wadi itu manikem, di dalam manikem itu rahsa, di dalam rahsa itu AKU. Tidak ada Tuhan kecuali AKU dzat yang meliputi keberadaan sesungguhnya, berdiri di dalam nukat gaib, turun menjadi johar awal, di situ keberadaan alam ahadiyat, wahdat, wahidiyat, alam arwah, alam misal, alam ajsam, alam insan kamil, jadinya manusia sempurna yaitu sejatinya sifatKU.
Nasehat ini menyatakan bahwa ALLAH bertahta di baitul muqaddas atau baitul maqdis yang merupakan tempat suciNYA yang berada di alat kelamin manusia yang tersusun atas hal-2 sebagai berikut :
Pertama pelir, yang berisi nutfah atau mani
Madi yang merupakan sari dari mani
Wadi sebagai sari dari madi
Manikem sebagai sari dari wadi
Di dalam manikem ada rahsa
Di dalam rahsa ada AKU.
Di sini disebutkan pula bahwa manusia sempurna adalah sebagai perwujudan sifatNYA dan terbentuk melalui tujuh tahapan alam yang dilaluinya, biasa dikenal dengan istilah martabat pitu atau martabat tujuh yaitu
Pertama alam ahadiyah
Kedua wahdat
Ketiga wahidiyah
Keempat arwah
Kelima misal
Keenam ajsam
Ketujuh insan kamil (manusia sempurna).
Wejangan ke-7 Panetep santosaning iman
Ingsun anekseni satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun lan anekseni Ingsun satuhune muhammad iku utusan Ingsun
Nasehat ke-7 Penetapan iman sentosa
AKU menyaksikan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali hanya AKU dan AKU menyaksikan sesungguhnya muhammad itu adalah utusanKU.
Dalam nasehat ini Allah menyatakan kesaksianNya yang ditujukan kepada makhluk ciptaanNya, bahwa tidak ada tuhan lain kecuali hanya Dia semata, dan muhammad adalah benar-benar rasul atau utusanNya.
Wejangan ke-8 Sasahidan
Ingsun anekseni ing DatIngsun dhewe, satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun, lan anekseni Ingsun satuhune muhammad iku utusanIngsun. Iya sejatine kan aran Allah iku badanIngsun, rasul iku rahsaNingsun, muhammad iku cahayaNingsun. Iya Ingsun kang urip tan kena ing pati, iya Ingsun kang eling tan kena ing lali, iya Ingsun kang langgeng ora kena owah gingsir ing kaanan jati, iya Ingsun kang waskitha, ora kasamaran ing sawiji-wiji. Iya Ingsun kang amurba amisesa, kang kawasa wicaksana ora kekurangan ing pakerthi, byar sampurna padhang terawangan, ora karasa apa-apa, ora ana katon apa-apa, amung Ingsun kang anglimputi ing alam kabeh kalawan kodratIngsun
Nasehat ke-8 Sahadat / kesaksian
AKU menyaksikan pada DzatKU sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali AKU, dan menyaksikan AKU sesungguhnya muhammad itu utusanKU. Sesungguhnya yang bernama Allah itu badanKU, rasul itu rahsaKU, muhammad itu cahayaKU. AKUlah yang hidup tidak bisa mati, AKUlah yang ingat tidak bisa lupa, AKUlah yang kekal tidak bisa berubah dalam keberadaan yang sesungguhnya, AKUlah waskita, tidak ada tersamar pada sesuatu pun. AKUlah yang berkuasa berkehendak, yang kuasa bijaksana tidak kurang dalam tindakan, terang sempurna jelas terlihat, tidak terasa apa pun, tidak kelihatan apa pun, kecuali hanya AKU yang meliputi alam semua dengan kuasa (kodrat)KU.
Nasehat ini merupakan penutup yang berupa sahadat atau penyaksian. Nasehat pertama sampai dengan kedelapan merupakan satu rangkaian yang tidak boleh diputus, sebab jika terputus maka pemahamannya akan berkurang.
jadi kembali ke hati kita pribadi….
Karena ada 4 benteng diri :
1. kurangi makan dan minum
2. perbanyak diam
3. kurangi tidur
4. mengasingkan diri.
yakini dengan diri anda sendiri karena sesungguhnya Allah dan hamba selalu berdua yaitu seperti ibarat lahir dan bathin….
Dharma said this on April 21, 2008 pada 3:18 pm |
Lanjutan Muhammad Dharma – Samarinda
SARABA AMPAT
[1]
Alloh jadikan saraba ampat
Syariat thoriqot hakikat makrifat
Manjadi satu di dalam kholwat
Rasa nyamannya tiada tersurat
`Allah menjadikan serba empat`, diterangkan oleh Syech Abdul Jalil dibaris berikutnya, serba empat yang pertama adalah `syariat, thoriqot, hakikat, makrifat`.
Urut-urutan ini seolah olah sesuatu yang baku untuk beberapa dekade. Tidak jelas dalil atau dasarnya (Qur-an-Hadits-nya), tapi banyak yang memakai urut-urutan tingkatan atau tahap yang harus ditempuh seperti itu, yaitu syariat dulu (syariat di sini bisa dipahami sebagai ajaran agama yang mengatur wujud lahir manusia), baru thoriqoh ( thoriqoh sendiri artinya `jalan`, bisa dipahami sebagai masa transisi atau proses dari syariat menuju hakekat.), baru setelah itu hakekat (hakekat bisa diartikan esensi atau jiwa atau hal-hal yang menyangkut isi dari agama), baru kemudian makrifat (ma`rifat di sini bisa dipahami ma`rifatulloh, yaitu mengenal Alloh dengan sebenar-benarnya kenal).
Sebagai bahan rujukan disalah satu hadits disebutkan, “awalauddin ma`rifatulloh” , “awal di dalam beragama adalah ma`rifatulloh”. (Tetapi kenapa ma`rifatulloh itu ditempatkan pada tahap yang terakhir??)
`Menjadi satu di dalam kholwat`, `kholwat` adalah salah satu `riyadhoh`, atau salah satu latihan bagi shalik, dimana saat ber-kholwat itu seluruh perhatian, jiwa, raga, rasa, semata-mata ditujukan pada Alloh, hal ini berarti, menurut Syech Abdul Jalil, syariat, thoriqot, hakekat, dan ma`rifat, ke-empat-empatnya itu `dilakukan` saat ber-kholwat.
Keterangan tambahan, kholwat ini biasanya dipahami oleh sebagian orang yaitu `riyadhoh` yang dilakukan Nabi Muhammad saat beliau berada di gua Hiro`.
Karena secara jelas, jarang sekali ada yang membahas tentang apa yang dilakukan Nabi di gua Hiro`, dan secara syariat atau hukum-hukumnya bagaimana??.
Padahal hal itulah yang intensif dilakukan Nabi Muhammad sebelum
pengangkatan kenabian. Kadang 7 hari, kadang 10 hari, kadang 21 hari kadang 40 hari bahkan diceritakan pernah hampir 2 tahun Nabi Muhammad berada di Gua Hiro`.
`Rasa nyamannya tiada tersurat`, Rasa saat ber-kholwat, -dalam
ber-syariat, thoriqot, hakekat, ma`rifat-, digambarkan oleh Syech Abdul Jalil, sebagai rasa yang tidak bisa dilukiskan (diistilahkan `tiada tersurat`), hanya para pelaku-pelaku kholwat saja yang merasakannya.
[2]
Huruf Allah ampat banyaknya
Alif i`tibar dari pada DzatNya
Lam awal dan akhir sifat dan AsmaNya
Ha isyarat dari af`alNya
Inilah penjelasan yang kedua tentang serba empat. Yaitu diambil dari huruf Alloh, Alif, Lam, Lam, Ha, yang jumlahnya adalah empat.
`Alif i`tibar dari pada DzatNya`, `Lam awal dan akhir sifat dan AsmaNya`, Ha isyarat dari af`alNya`.
Saya buka di naskah lain, yaitu naskah dari Syeh Muhyiddin tentang
`Martabat tujuh`, tampak ada hubungan erat antara pengertian `martabat tujuh` dengan yang dijelaskan oleh Syech Abdul Jalil ini. Yaitu yang diterangkan oleh Syech Abdul melalui sarana huruf-huruf dalam kata `Alloh` ini, menerangkan 4 martabat yang juga diterangkan dalam `martabat tujuh`.
Dan ini membuat muncul kesimpulan awal bahwa Syech Abdul Jalil juga memperoleh pelajaran tentang `martabat tujuh` ini. Untuk pemahaman Istilah- istilah ini lebih baik anda cari bukunya sendiri tentang `martabat tujuh`, karya Syeh Abdul Muhyi, Pamijahan.
[3]
Jibril, Mikail Malaikat mulia
Isyarat sifat Jalal dan Jamal
Izrail, Israfil rupa pasanganya
I`tibar sifat Qohar dan Kamal
Serba empat yang ketiga dijelaskan oleh Syeh Abdul Jalil, dengan
menjelaskan Malaikat-malaikat tertentu yaitu Jibril, Mikail, Izrail dan
Israfil. Dimana di jelaskan oleh Syech Abdul Jalil di sini, malaikat
Jibril dan Mikail sebagai malaikat mulia -`Jibril, Mikail Malaikat
mulia`-, Isyarat dari sifat Jalal dan Jamal Nya Alloh. (artinya Jalal dan
Jamal -lihat di buku-buku tentang Asma`ul husna). Sementara itu
pasangannya adalah malaikat Izrail dan Israfi sebagai i`tibar sifat Alloh yang Maha Qohar dan Maha Kamal.(artinya Qohar dan Kamal baca pula dibuku tentang asma`ul Husna.
[4]
Jabar Ail asal katanya
Bahasa Suryani asal mulanya
Kebesaran Alloh itu artinya
Jalalulloh bahasa Arabnya
Syech Abdul Jalil di sini menerangkan serba empat yang ke-empat tetapi dengan bahasa tersirat, karena di sini, dibahas tentang asal muasal Jalalulloh dari bahasa wahyu menjadi bahasa lahir yaitu bahasa Arab.
Apakah Qur`an itu diturunkan Alloh dalam bahasa Arab??. Maha Suci Alloh, hanya Alloh yang tahu bahasa wahyu itu.
`Jabar Ail` ini sebagai dimaksudkan atau diistilahkan komunikasi awal antara Alloh dengan Jibril (memakai bahasa `wallohu`alam`). Mengacu dari nama `Jibril` menjadi `Jabar-Ail`, tahap yang kedua diterangkan oleh Syech Abdul Jalil, `Bahasa Suryani asal mulanya`, Bahasa suryani di sini sering dipahami sebagai bahasa malaikat, mirip-mirip bahasa arab,tapi tidak bisa di artikan meskipun ada maknanya.
Contoh lain bahasa Suryani,” bi ajin ahujin jalajalyu tu jaljalat`, saya
`intip` dari kitab rahasia yang biasanya dibaca dengan ritme tertentu
dalam suatu kelompok mistis tasawuf.
Tahap ketiga yaitu `Kebesaran Alloh itu artinya`, dalam tahap ini, berarti bahasa `wahyu` tadi sudah bisa diterima oleh manusia, dan baru diberi simbol atau bentuk, karena lewatnya Muhammad si Orang Arab, maka menjadilah `Jalalulloh bahasa Arabnya`
[5]
Nur Muhammad barmula nyata
Asal jadi alam semesta
Saumpama api dengan panasnya
Itulah Muhammad dengan Tuhannya
Di sini, tampak lebih jelas bahwa Syech Abdul Jalil atau Datuk
Sanggul ini, lagi-lagi menjelaskan pelajaran tentang `martabat tujuh`, hal ini dikatakan dalam syair,` Nur Muhammad barmula Nyata`. Dalam kitab `martabat tujuh` baik yang dikarang oleh Syeh Abdul Muhyi maupun karya Haji Hasan Mustapa, yang ujung-ujungnya akan kita temui dalam pendapat Ibnu Arobi, Nur Muhammad diyakini sebagai asal muasal penciptaan alam semesta.
Dijelaskan oleh Syeh Abdul Jalil di baris ke dua,` Asal jadi alam
semesta`. Di pembahasan tentang `martabat tujuh` di kitab yang saya sebutkan di atas, `Nur Muhammad` ini berada pada martabat `wahdah`, atau martabat yang ke dua, tempatnya sifat Alloh. Lihat perkataan Syeh Abdul jalil sendiri pada bagian [2] Alif i`tibar dari pada DzatNya, Lam awal adalah sifatNya.
Dengan jelas dikatakan di baris berikutnya,`Saumpama api dengan panasnya`,
`Itulah Muhammad dengan Tuhannya`. Api adalah perlambang DzatNya, sedang panas perlambang dari sifat api atau sifat dari DzatNya tadi. Ini juga di sebutkan dalam `martabat tujuh`, yaitu martabat `ahadiyah` dan `wahdah`.
Ada kesamaan pemahaman.
[6]
Api dan banyu tanah dan hawa
Itulah dia alam dunia
Manjadi awak barupa-rupa
Tulang sungsum daging dan darah
Serba empat yang berikutnya di sini diterangkan oleh Syeh Abdul Jalil yaitu api, air , tanah dan udara (hawa), inilah yang menjadi unsur-unsur terbentuknya jasmani manusia.`Itulah dia alam dunia` kata Syeh Abdul Jalil,`Menjadi badan yang bermacam-macam`,(`manjadi awak barupa-rupa`).` tulang sungsum daging dan darah`. Kembali lagi penurunan air menjadi tulang, api menjadi darah, tanah menjadi daging dan hawa (udara) menjadi sungsum, kita temui juga dalam bahasan `martabat tujuh`.
[7]
Manusia lahir ke alam insan
Di alam ajsam ampat bakawan
si Tubaniyahdan Tambuniyah
Uriyah lawan si Camariyah
`Manusia lahir ke alam insan`, di alam ajsam empat unsur itu berkawan (ampat bakawan) atau menjadi satu dengan si Tubaniyah Tambuniyah, Uriyah dengan si Camariyah. Kembali lagi dapat kita temui pemahaman yang sama untuk masalah alam ajsam ini di kitab tentang `martabat tujuh`. Bersatunya unsur-unsur jasmaniah yang kasar, dengan empat unsur dari jasad halus (jisim latif). Tubaniyah, mewakili (istilah) jisim latif dari unsur air, Tambuniyah mewakili (istilah) jisim latif unsur tanah, Uriyah, mewakili (istilah) jisim latif dari unsur api, Camariyah mewakili (istilah) jisim latif dari unsur udara atau hawa.
Pemahaman empat jisim latif ini juga ada di budaya jawa (Kejawen), yaitu yang di sebut `papat dulur` atau `empat saudara`. Hanya sebagian besar kadang memahami jisim latif ini merupakan keghoiban yang tinggi atau bahkan yang tertinggi. Padahal dalam hal keghoiban adalah termasuk relatif rendah, karena sebenarnya adanya jisim latif karena adanya jisim yang kasar ini.
[8]
Rasa dan akal, daya dan nafsu
Di dalam raga nyata basatu
Aku meliputi segala liku
Matan hujung rambut ka hujung kuku
Serba empat yang berikutnya yaitu,`Rasa dan akal, daya dan nafsu`,`Di dalam raga (jasmani) nyata bersatu`. Di sini, Syech Abdul jalil /Datuk Sanggul tampaknya ingin mengingatkan kita bahwa dalam jasmani atau dalam raga kita itu ada rasa ada akal, ada daya dan ada nafsu. Datuk Sanggul juga memilah Rasa dan akal. Ini sebagaimana pemahaman bahwa Rasa dan akal sebagai karunia Tuhan, berhubungan erat dengan Qolb (Qolb ini diterangkan
oleh Datuk Sanggul di bait berikutnya [9]). Atau bisa dipahami sebagai Cahaya rasa dan Cahaya akal. Hal ini diterangkan di baris berikutnya,`Aku meliputi segala liku`.
Di dalam AlQur`an S.Nur (35),”Allohunurrussamawati wamaa fil ardli…….”
“Cahaya Alloh itu meliputi langit dan bumi………”
Ayat ini yang kadang dianggap sebagai pintu gerbang bagi para pengikut tasawuf, untuk menuju ke tingkat `martabat` yang lebih tinggi. Merupakan satu ayat yang pokok di dalam menjelaskan masalah lapisan-lapisan cahaya dari cahaya hamba sampai cahaya ketuhanan. Cahaya rasa dan akal mewakili cahaya ruh idhofi cahaya malaikat, cahaya daya (daya) mewakili ruh Robani (”tidak ada daya dan kekuatan melainkan daya Alloh”, “La haula wala quwata
ila billah”), sedangkan nafsu (cahaya nafsu), mewakili cahaya jasmani (raga). Sedangkan Cahaya Alloh meliputi segala sesuatunya. Memakai pemahaman `martabat tujuh`, maka Cahaya rasa dan akal berada pada martabat `alam arwah` dan `alam mitsal`, sedangkan cahaya daya (ketuhanan) berada pada martabat alam `ahadiyah`, `wahdah`,wahidiyah`. Sedangkan cahaya nafsu berada pada martabat `alam ajsam` dan `insan kamil`.
Sedangkan Alloh meliputi segala sesuatu,` Matan hujung rambut ka hujung kuku`,`Mulai ujung rambut sampai ujung kuku. Mulai martabat `Ahadiyah` sampai martabat `insan kamil`
[9]
Tubuh dan hati nyawa rahasia
Satu yang dzohir amat nyatanya
Tiga yang batin pasti adanya
Alam soghir itu sabutnya
Serba empat berikutnya dijelaskan oleh Datu Sanggul yaitu `tubuh` dan `hati nyawa rahasia`. Bisa diartikan `hati itu nyawa yang rahasia`. Bisa juga hal ini dikupas dari tiap kata yang mewakili satu pengertian. Yaitu `hati` mewakili satu pengertian, `nyawa` mewakili satu pengertian dan `rahasia` mewakili satu pengertian.
Padanan pemahamannya adalah, `tubuh` ini yang dimaksudkan adalah jasmani, `hati` di sini yang dimaksudkan adalah `hati sanubari` (maqomnya `yakin`), `nyawa` di sini yang dimaksudkan adalah `hati maknawi` (maqomnya `ainul yakin`), dan yang dimaksudkan `rahasia` di sini adalah `hati sirri` (maqomnya `haqul yakin`).
Gambaran keyakinan ini contohnya sebagai berikut:
Kalau manusia melihat ada asap, sebagian sudah yakin, bahwa ada asap pasti ada api (yakin), sebagian meningkatkan keyakinan mereka dengan cara melihat tempat asal asap tersebut. Dan terlihat lah memang ada api-nya (`ainul yakin), sebagian lagi masih meningkatkan keyakinannya, dipeganglah api tadi, dan terasa panasnya, (haqqul yakin).
Saya sementara membatasi pengertian-pengertian di masalah hati ini, karena sangat lekat dengan rahasia mistis yang ada. Dan terlebih lagi bahwa semuanya yang bersifat teoritis tidak ada artinya dipahami bagaimanapun tingginya pemahaman itu, bila tidak dibarengi dengan `perjalanan` sesungguhnya. (maaf)
`satu yang Dzohir amat nyatanya`. Tidak ada maksud lain kecuali menegaskan masalah kenyataan jasmani. `Tiga yang batin pasti adanya`, mengacu pada tiga hal yang sudah disebutkan di atas. `Alam soghir itu sabutnya`,`Alam kecil itu namanya`
Dalam pemahaman tasawuf, manusia ini juga disebut sebagai `alam soghir` atau `alam kecil` karena semua yang ada di alam ini juga ada di manusia. Dalam kitab “Hakekat Makrifat”, bahkan disebutkan, setiap unsur yang ada di alam besar atau alam kabir, juga ada di alam kecil, manusia ini. Baik H,Li, Na, K, Rb,Cs,Fr, dst….dst……maupun yang lainnya, semua ada di manusia.
Ada 3 analog besar di sini yaitu Alam Kabir atau jagad raya ini, analog dengan manusia (alam soghir), analog dengan Al Qur`an.
Di alam besar atau jagad ini secara keseluruhan, di analog-kan dengan manusia secara keseluruhan pula dan analog lain adalah adanya Al Qur`an.
Di alam ini ada `bulan` yang menerima cahaya dari matahari, di manusia ada `akal`, dan di Qur`an ada `Do`a-doa` ( “Ad do`au mukhul ibadah”, `do`a itu otaknya ibadah`) . Di alam ada `matahari` (jantungnya alam), di analog-kan di manusia ada `hati` atau `qolb` atau `jantung`. Di Al Qur`an ada jantungnya yaitu Surat Yasin (Qolbun Qur`an). Inti dari surat Yasin yaitu,”Salamun qaulan mirrobirrohim”. Di sinilah muncul satu perlambang bahwa hatinya orang-orang yang beriman haruslah di arahkan pada hati yang `salamun` atau selamat atau `Qolbun salim`. Yaitu hati yang terkena goncangan bagaimanapun beratnya, yang terkena ujian bagaimanapun beratnya tetap hati yang ingat dan syukur pada Tuhannya. Hati yang terkena kesenangan bagaimanapun, tetap ingat dan syukur pada Tuhannya. Dalam keadaan apa saja, dalam situasi apa saja, dimana saja, kapan saja, selalu ingat dan syukur pada Tuhannya. Inilah hati yang selamat, `Qolbun Salim`. Tidak berkeluh kesah, tidak kecewa, tidak sedih, tidak menggerutu, dll.
[10]
Mani manikam madi dan madzi
Titis manitis jadi manjadi
Si Anak Adam balaksa kati
Hanya yang tahu Allahu Rabbi
`Mani manikam`, umumnya diperuntukkan untuk mewakili perhiasan yang indah, bagus, elok, sedangkan di sini, mani manikam menjelaskan soal `madi dan madzi`. Arti `madi dan madzi secara harfiah, untuk bahasa Banjar tidak saya temukan arti, untuk bahasa arab, saya tidak begitu tahu, juga untuk bahasa melayu, kok rasanya tidak.
Tapi sepertinya di sini Datuk Sanggul menerangkan `indahnya `perhiasan`, `sel sperma` dan `sel telur`, dalam hubungannya dengan proses persatuan keduanya yang menghasilkan anak adam. Dibaris berikutnya diterangkan,`titis manitis jadi menjadi`, seperti ungkapan,` Abrakadabra`, `Si anak adam balaksa kati`, `Si anak adam beribu beratnya (balaksa kati)`. Datuk sanggul memakai istilah berat di sini sepertinya untuk menggantikan istilah `banyak`. Bisa di artikan,` Si Anak adam menjadi banyak sekali`. `Hanya yang tahu Allahu Rabbi`. Nah ini agak sulit memahaminya, apa yang dituju dengan Datuk Sanggul. Apakah yang dituju itu masalah jumlah anak adam itu sampai seberapa banyak, ini yang tahu hanya Alloh?
atau, rahasia persatuan `madi dan madzi` tadi hanya Alloh yang tahu?
atau rahasia di dalam diri anak adam itu hanya Alloh yang tahu?
Mengacu pada baris sebelumnya, (dianggap yang diberi keterangan adalah baris sebelumnya), maka yang dimaksud hanya Alloh yang tahu adalah jumlah dari si anak Adam, sampai kapankah berakhirnya proses reproduksi, atau proses tambahnya anak adam ini. Dan ini sesuai dengan Hadits Nabi waktu di tanya oleh malaikat Jibril,”Ya Nabi, kapankah datangnya kiamat itu?( kiamat bisa dipahami sebagai akhir masa reproduksi anak adam, atau akhir masa manusia yang di waktu itu sudah tidak ada kelahiran lagi.) Nabi menjawab,”Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya”. Karena waktu datangnya kiamat hanya Alloh yang mengetahuinya.
[11]
Kaampat-ampatnya kada tapisah
Datang dan bulik kapada Allah
Asalnya awak dari pada tanah
Asalpun tanah sudah disyarah
`Keempat-empatnya tidak terpisah`, kata Datu Sanggul. Kempat-empatnya di sini, dimaksudkan masalah serba empat yang sudah dijelaskan di atas.
`Datang dan pergi kepada Alloh`, mengacu pada ayat “Inna lillahi wa ina ilaihi roji`un”,`siapa yang berasal dari Alloh akan kembali kepada Alloh.
Dalam bahasa jawa umumnya di sebut,”Sangkan paraning Dumadi”.
`Asalnya awak dari pada tanah`,`Asalnya jasmani dari tanah`, `asalpun
tanah sudah disyarah`, `asalnya tanah-pun sudah ditentukan`.
Nah, di sini Datuk Sanggul ingin menunjukkan pada kita, bahwa yang kembali pada Alloh itu bukan manusia dari unsur jasmani karena asal jasmani adalah tanah dan dari tanah kembali ke tanah lagi, melainkan unsur rohani-lah yang datang dan perginya dari Alloh.
Di sini muncul dua pemahaman.
“Sangkan paraning Dumadining Jasmani”, yaitu `dari tanah kembali ke tanah`
dan, “Sangkan paraning Dumadining Ruhani”, inilah yang `dari Alloh dan akan kembali ke Alloh`
Dua hal ini, bagi yang kurang paham kadangkala di samakan. Kadang dianggap kita kembali pada Alloh dengan jasmani dan rupa kita dan dengan jenis kelamin yang kita miliki. Padahal rupa kita, jenis kelamin kita, itu adalah bawaan jasmani. Bukankah tidak pernah kita temui adanya dalil, baik Qur-an maupun hadits yang menerangkan bahwa ruhani itu ada yang laki atau ada yang wanita???
Kadang ada yang berlogika bahwa saat kita mati, saat itulah yang tetap di akherat. Artinya bila kita mati muda, maka dengan wajah muda kita itu kita menghadap Alloh, sedang bila kita mati tua, maka wajah tua kita itu yang menghadap Alloh.
Nah, kalau anggapan ini diteruskan, muncul persoalan yang tak terjawab. Kalau kita mati dengan usia yang lebih tua dari kakek kita waktu mati, maka bukankah `lucu` ,karena logikanya menjadi, kita menghadap Alloh lebih muda kita dari pada kakek kita. Naudzubillah, pikiran yang sesat.
Ingatlah satu hadits,”Alloh tidak melihat rupamu, tidak melihat pakaianmu, tidak melihat jasmanimu, melainkan yang dilihat Alloh adalah hatimu” Sekali lagi, `asal dari Alloh`, `kembali ke Alloh`, `asal tanah kembali ke tanah`. Ini yang ada dalilnya di Qur`an. Dan ini pula yang diterangkan oleh Datuk Sanggul.
[12]
Dadalang Simpur barmain wayang
Wayang asalnya sikulit kijang
Agung dan sarun babun dikacang
Kaler di pasang di atas gadang
`Dadalang simpur bamain wayang`, bisa di artikan ` Dalang bekerja bermain wayang`.
`Simpur`, sepertinya di ambil dari bahasa Jawa,`Sampur` yang berarti
`selendang`, tapi apabila dikatakan `ketiban sampur`, atau `ketiban
selendang`, sama artinya terkena suatu beban kerja`. Jadi `Dalang bekerja bermain wayang.`
Suatu turunan dari kebudayaan Hindu di India, yang dibawa masuk ke Indonesia, khususnya Jawa adalah `Pagelaran Wayang`. Dan setelah masuknya agama Islam, melalui para wali-wali (terutama wali sembilan), maka cerita-cerita dalam wayang di modifikasi sehingga semuanya membawa nafas ajaran agama Islam. Seperti cerita,`Dewa Ruci` yang katanya karya Sunan Bonang. Dan yang senang memakai wayang untuk memberikan pelajaran tentang agama Islam, terutama sekali memang Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang (konon).
Perlambang didalam wayang inilah, yang dipakai oleh Datuk Sanggul untuk menerangkan maksudnya. `Dalang kerja bermain wayang`, `Wayang asalnya si kulit kijang`.
`Agung dan Sarun Babun di kacang`.
Untuk satu bait ini, lama saya merenung, mempertanyakan apa yang dimaksud oleh Datuk Sanggul dalam memakai Istilah ini, karena istilah `sarun babun dikacang`, tidak saya temukan dalam istilah bahasa Banjar (yang sekarang), tidak pula saya temukan di istilah bahasa Arab maupun Melayu. Atau mungkin saja saya yang memang tidak tahu bahwa istilah itu sebenarnya ada dalam salah satu bahasa tadi.
Bahkan saya juga sempat berpikir, jangan-jangan Datuk Sanggul memakai bahasa `Suryani`.Tapi, kalau melihat di baris berikutnya,` Kaler dipasang di atas gadang`, tampak serapan bahasa jawa ke dalam bahasa Banjar.
(Karena sudah saya tanyakan pada orang-orang Banjar sendiri, bahwa tidak ada istilah itu)., yang kata itu berasal dari bahasa Jawa yaitu,` Kelir dipasang di atas gedang`. Artinya,` Kelir` itu layar putih yang ada sebagai `background wayang`. `dipasang di atas gedang`. `gedang di sini dimaksudkan adalah `pisang` atau `pohon pisang`. Kalau istilah Jawanya `dhebog` (bacanya seperti `the book`).
Alhamdulillah ada salah seorang sahabat memberitahukan bahwa di kitab karya KH.Haderanie tentang ” Ma`rifat Musyahadah Mukasyafah Mahabah”, maksud dari
`Agung dan sarun babun dikancang` itu :
Agung = gong;Sarun = Saron;babun = genderang; dikancang = dikencangkan talinya
Dengan memakai pemahaman `Martabat tujuh`, baris ke tiga dan keempat bisa dipahami sebagai berikut,:
`Agung dan sarun babun di kacang`.`Kaler dipasang di atas gadang`.
`Agung` mewakili Dzat Alloh dalam martabat `Ahadiyah`, `sarun babun
dikacang` mewakili dan menceritakan `kemuliaan` dari martabat yang kedua dan ketiga. Karena lanjutannya adalah `Kelir` yang dalam filsafat Islam di jawa ini dipahami sebagai `Jagad` alam semesta ini. Yang berada pada martabat ke enam dan ketujuh, yaitu `alam ajsam` dan `alam insan kamil`. Sedangkan `pohon pisang` atau `gadang` yang dipakai menancapkan `Kelir` tersebut adalah mewakili perlambang `alam arwah` dan `alam mitsal`.
[13]
Wayang artinya si bayang-bayang
Antara kadap si lawan tarang
Semua majaz harus dipandang
Simpur balakun hanya saorang
`Wayang artinya si bayang-bayang`, Dipahami dalam filsafat Islam yang di Jawa, bahwa makna `wayang` memang berasal dari kata `bayang`. Menandakan bahwa `wayang itu si bayang-bayang`. Demikian juga manusia ini, yang dilambangkan sebagai wayang, adalah merupakan bayang-bayang dari Alloh ta`ala.
Hal itu juga yang menjadi alasan, kenapa wayang yang indah warna-warnai, tapi yang ditunjukkan pada penonton justru bayang-bayangnya. Tetapi bila penontonnya atau si wayang sendiri bisa memahami hakekat diri, maka tampaklah keindahan atau kemuliaan dirinya. Dan kalau diteruskan kesadarannya, maka sadarlah, bahwa yang menggerakkan wayang adalah si dalang.”Man arofa nafsahu faqod arofa robahu”, barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya”.
Cerita di wayang, sama, atau analog dengan cerita di dunia ini yaitu
`Antara kadap lawan si tarang.`Antara gelap lawan terang`.
Kalau kita lihat, ada kesamaan filsafat wayang ini dengan filsafat aji
saka yaitu:
“ha na ca ra ka, da ta sa wa la, pa da ja ya nya, ma ga ba ta nga” “ada cerita, dua utusan, sama kuatnya, sama matinya”
Dua utusan ini adalah `kadap lawan tarang`, antara `gelap musuh terang`,
antara `kebenaran musuh kebatilan`. Yang memang sudah nash Qur`an juga sampai kiamat nanti, akan terus bertarung antara kebenaran musuh kebatilan ini. Dan barulah saatnya nanti (qiamat), kedua-duanya akan hancur lebur atau mati.
Analog juga dengan filsafat cina,:
yang dilambangkan dengan bulatan, yang separo terang dan yang separo gelap. Atau unsur yin dan yang. Hanya saja kalau di filsafat cina ini, dipahami bahwa seputih-putihnya, ada gelap sedikit. Dan segelap-gelapnya ada terang sedikit. Kenisbian gelap dan terang ini yang ditonjolkan.
Artinya tidak ada yang benar mutlak dan tidak ada yang salah mutlak.
Tapi Datuk sanggul mengingatkan,`semua majaz harus dipandang`. `Semua wujud atau semua bentuk tetap harus dipandang`, tetapi,` simpur balakun hanya saorang`. Hakekatnya, semua pekerjaan itu berasal dari si Dalang (hanya seorang).
“La haula wala quwata ila billah”. “Tidak ada daya dan kekuatan melainkan hanya dari Alloh semata”. (Tauhid)
[14]
Samar, Bagung si Nalagaring
Si Jambulita suara nyaring
Ampat isyarat amatlah panting
Siapa hendak mencari hening
Serba empat yang terakhir yang diceritakan Datuk Sanggul adalah 4
punakawan (4 hamba) dalam wayang yaitu,`Semar, Bagong, dan
Nologareng(Gareng),` serta` Si Jambulita suara nyaring` yaitu `Petruk`
yang rambutnya njambul itu. Mungkin ini bisa dipahami satu tahapan akhir dalam proses manusia yang mencari kebenaran yaitu proses `penghambaan diri` pada Alloh. atau `Hamba Alloh` atau “Abdulloh”.
Serba empat menurut Datuk Sanggul sangat-lah penting,` Ampat isyarat amatlah panting` bagi `Siapa yang hendak mencari hening` atau `bagi siapa saja yang hendak mencari kebenaran`.
kututup dengan ucapan syukurku “Alhamdulillah” pada Alloh, pada Nabi Muhammad dan pada Syech Abdul Jalil atau Datuk Sanggul, yang telah memberikanku petunjuk, pengertian dan pemahaman.
Ada kesalahannya, semata-mata adalah karena kedholiman diriku ini., yang tidak mampu memberikan keterangan.
(alam lauhil mahfud)
Dharma said this on April 21, 2008 pada 3:30 pm |
asswrwb…
apa kabar ?, sudah lama kita gak berdialog, saya kangen lalu mampir ke blog anda untuk menambah wawasan….
bagus ceritanya, simpel tapi membawa pesan filosofi yang tinggi.
cerita ini perlu dibaca banyak orang yang ingin belajar spiritual, agar bisa menyeimbangkan antara hubungan vertikal (marifat) dan horisontal (minanass) yang serasi dan seimbang…
jangan sampai belajar spiritual tapi akhirnya ketinggalan zaman
bagus sekali….
wassalam wrwb..
tirtaamijaya said this on Juni 13, 2008 pada 7:07 am |
Waalaikumsalam pak 🙂
Iya nih pak, belakangan ini saya agak sibuk dengan pekerjaan sehingga kurang sempet nge-blog. Kabar saya baik-baik saja nih pak, masih terus berjuang untuk semakin ridho dan syukur terhadap semua karunia-Nya.
Terima kasih sudah main-main kesini, semoga Bapak bisa mendapatkan manfaat 🙂
1heart4love said this on Juni 16, 2008 pada 10:24 pm |
Kami membuat website dan dalam penyusunan materi. Mohon sumbangan postingannya.
Terima kasih.
Air Setitik Community said this on Juni 19, 2008 pada 5:45 pm |
Alhamdulillah, dengan membaca artikel ini wawasan ilmu saya jadi bertambah. Terima kasih, semoga Alloh SWT merahmati dan meridho’i kita semua. Aamiin.
tatang sumarna said this on Juli 12, 2009 pada 2:06 am |
ribed amat..
LAILLAHAILLALLAH MUHAMAD ROSULLULLOH
HUWAL AWWALU,WAL AKHIRU, WADOHIRU WAL BHATIN, WAHUWA BIKULLI SYAIIN ALYM.
WAINDAHU MAFATTIHUL GHOIBI LAYA’LAMUHA ILLA HUWA
WAYA’LAMU MAFIL BARRI WAL BAHRI
WAMA TASKHUTU MIWWAROKHOTIN ILLA YA’LAMUHA WALLA HABBATIN FII DULUMATILAR’DI WALLA ROTBIW WALLA YA BISSIN ILLA FII KHITABIMMUBIN
KULLAU KANAL BAHRU MIDADALLIKALIMATTI ROBBI
LANA FIDAL BAHRU..KHOBLA ANTANFADA KALLIMATU ROBBI WALAW JI’NA BIMISLIHI MADADAN.
RAJA PHANDITA SURAWISESA
WASSALAM
ades said this on November 10, 2009 pada 9:08 am |
very nice to blogs tanks site admin
Dini Forum said this on Januari 11, 2010 pada 3:01 pm |
subhanallah wal hamdulillah..ingin rasanya berpeluk dengan anda semua di sini saudara2ku…
MUXLIMO said this on November 9, 2010 pada 3:27 am |
bagaimana caranya ya belajar Ilmu tertinggi ? dan apa itu Ilmu tertinggi
edy said this on Desember 25, 2010 pada 9:20 am |
ilmu itu tak ada tinggi, tak ada rendah, tinggi rendah itu ilmu jua, krn ilmu itu ada pd tinggi, ada pd rendah dan kita bisa mngata tinggi dan rendah itu krn ilmu jua.
Anta Akbar said this on Juli 13, 2011 pada 9:00 am |
hello
snowlyjam said this on Juli 7, 2013 pada 7:14 am |
Lheb godek
yohanes said this on Desember 7, 2013 pada 3:27 pm |
ijin untuk disebarkan ya
husni said this on Februari 12, 2014 pada 11:40 am |
Dalam sejarah ada perang Bubat , perang Puputan. tks
riyanto said this on April 11, 2014 pada 8:37 pm |